Anak Berkebutuhan Khusus
Jumlah
anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat jumlahnya. Pada
Hari Autis Sedunia yang jatuh pada 8 April lalu diketahui bahwa
prevalensi anak berkebutuhan khusus saat ini mencapai 10 anak dari 100
anak. Berdasarkan data ini menunjukkan 10 persen populasi anak-anak
adalah anak berkebutuhan khusus dan mereka harus mendapatkan pelayanan
khusus.
Anak yang
dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang
mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan
atensi, gangguan emosional atau perilaku, hambatan fisik, komunikasi,
autisme, traumatic brain injury, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan, dan anak-anak yang memiliki bakat khusus. Mereka
secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai
aktualisasi potensinya secara maksimal.
Meningkatnya populasi anak berkebutuhan khusus ini salah
satunya karena perubahan gaya hidup. Banyak penyebab meningkatnya angka
populasi ini. Yang pertama adalah karena semakin banyaknya orang yang
peduli terhadap anak berkebutuhan khusus dan adanya perubahan gaya hidup
yang memang berbeda pada zaman dulu," ujarnya psikolog dari I Love My
Psychologist ini.
Di zaman sekarang ini, banyak orang tua yang
hanya memiliki sedikit waktu untuk keluarga. Hal tersebut juga berdampak
pada anak-anak yang menjadi kurang perhatian, terutama pada anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
memang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting
dari fungsi kemanusiaannya.
Penyebab seorang anak mengalami
keterbelakangan mental ini disebabkan beberapa hal. Antara lain dari
dalam dan dari luar. Jika dari dalam adalah karena faktor keturunan.
Sedangkan
dari luar memiliki banyak penyebab. Penyebab dari luar ada beberapa
faktor. Satu di antaranya karena maternal malanutritisi (malanutrisi
pada ibu). Ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang tidak menjaga pola
makan yang sehat, keracunan atau efek substansi.
Hal tersebut
bisa memicu kerusakan pada plasma inti, kerusakan pada otak waktu
kelahiran, gangguan pada otak. Misalnya tumor otak, bisa juga karena
gangguan fisiologis seperti down syndrome.
Penyebab
dari luar juga bisa. Misalnya karena pengaruh lingkungan dan
kebudayaan. Biasanya ini terjadi pada anak yang dibesarkan di lingkungan
yang buruk. Kasus abusif, penolakan atau kurang stimulasi yang ekstrem
dapat berakibat pada keterbelakangan mental
Pada
umumnya, anak-anak yang berkebutuhan khusus dan sebagian anak normal
mengembangkan suatu bentuk perilaku yang perlu perhatian dan penanganan
secara khusus dan hati-hati.
Perilaku tersebut bisa saja terjadi
karena anak merasa frustrasi tidak dapat mengekspresikan dirinya dengan
kata-kata yang komunikatif agar dipahami orang lain. Akhirnya amarahnya
meledak dan mengamuk.
Banyak anak berkebutuhan khusus mengalami
masalah serius dalam pengendalian perilaku dan memerlukan bantuan untuk
mengendalikan ledakan-ledakan perilaku agresif, yang tidak relevan
dengan situasi sosial sehari-hari.
Anak yang perlu
penanganan khusus tidak harus belajar di sekolah khusus. Mereka bisa
saja disekolahkan di sekolah umum bersama anak normal lainnya.
No comments:
Post a Comment